Tittle : My Secret Namja
Author : Marga Rieta
Length : Chaptered
Cast :
Kim Jong in
Park Ri Rin (OC)
All Exo member
Genre : Romance, Friendship, Comedy, School life, Divergence
Rating : PG 13
Summery : “Lagi
pula selama ini aku sering mendapati, orang yang meski lebih muda tapi sifatnya
sangat dewasa, sedangkan yang lebih tua juga ada yang sifatnya seperti anak –
anak
–––Menurutku usia tidak selalu ada
hubungannya”
Kembali
lagi dengan Kaibaek ff –ralat- castnya disini masih Kai a.k.a Kim Jong In, setelah
lama hiatus paska praktikum hingga akhirnya UAS dan sekarang libur akhir
semester here we go~~ yang belum baca My Secret Namja Chapter 1 dan Chapter 2
silahkan baca dulu, singkatnya ini ngelanjutin ff yang kemaren baru post yg Kai-nya
–ehem- anak SD. Gimana kelanjutan cinta mereka setelah ketahuan? Langsung aja
deh cekidot!
.:NO SIDER..NO PLAGIATOR..NO COPAS..NO BASHING :.
Author Pov
“Putus
. . .?”
“Apa
sebaiknya kita putus saja?”
Hanya
suara lirih Ri Rin yang bisa terdengar. Keduanya saat ini tidak seperti sedang menunggu
sebuah jawaban, melainkan seperti menunggu sebuah eksekusi mati. Ri Rin terus menundukan
kepala dalam mencari – cari apa sebenarnya yang terjadi di dalam hati kecilnya.
Kim Jong In benar – benar berhasil membuatnya bimbang. Dia hanya bisa menarik
nafas panjang seolah merasa kekurangan oksigen, Secara tidak langsung saat ini
Jong In menghadapkan nya pada sebuah pilihan.
‘Putus? Ia benar ––– aku menyukai Kim Jong In yang lebih tua dariku dan seorang mahasiswa,
bukan Kim Jong In yang anak SD’
‘Aku bukan Phedophilia ataupun
Cougar kan ’
Masih
dalam keadaan berfikir perlahan Ri Rin mengangkat wajahnya sejajar dengan Jong
In, membuat manik mata mereka saling mengunci ‘Memang bukan, tapi . . .’
“Aku
tidak bisa putus dari mu!” seru Ri Rin menahan isakan.
Kata
– kata yang awalnya hanya diucapkannya dalam hatinya kini melesat keluar dari
mulutnya. Membuat Namja di hadapanya hanya terdiam sembari menatapnya penuh tanya
beruntung Coffee Shop sedang sepi karena belum jam makan siang.
“Aku
tidak bisa, jika sampai orang yang sangat kusukai lalu tiba – tiba harus kubenc.
iAku tidak menyatakan cinta dengan perasaan segampang itu” lanjut Ri Rin
Tangan
Jong In terulur menyentuh gagang cangkir dan mengarahkan cangkir penuh kepulan
asap kopi itu ke mulutnya dengan mata menatap Ri Rin instens “Noona, benar – benar orang yang aneh”
jelasnya singkat.
“Anak
SD minum kopi pahitlah yang lebih aneh” timpal Ri Rin.
“Aku
tidak suka manis”
Ri
Rin membelalakkan mata sipitnya, menarik sebuah kesimpulan anak SD yang sedang
duduk di hadapannya ini benar – benar tidak seperti anak kecil pada umumnya.
“Hari
minggu nanti, ada yang ingin kudatangi. Mau kesana?”
Kata
– kata yang keluar dari mulut Jong In membuat Yeoja di hadapannya tersentak sempat menimbang maksud perkataanya
dan berhasil menarik sebuah kesimpulan. Tapi diurungkannya niat untuk ke
ge-eran memilih untuk mengajukan sebuah pertanyaan untuk memastikannya terlebih
dahulu.
“Itu
maksudnya kencan?”
“Ne, tapi kalau kau memang tidak mau tak
a. . .”
“Mau!
Aku mau, aku akan pergi, benar – benar akan pergi” potong Ri Rin tak sabar.
“Hyaa~ Noona dengar dulu” cegah Jong In merasa ucapannya terpotong.
“ASIK!!”
Sorak Ri Rin kegirangan sorotan mata Ri Rin menajam ditambah tangan yang
mengepal menambah kesan serius yang kali ini berhasil seperti tidak di buat –
buat.
‘Sekarang aku akan mencoba untuk lebih
mengenal Jong In, memikirkan ini – itu setelahnya pun harusnya belum terlambat!”
tandas Ri Rin dalam hati
***
“Ya,
ya~ Tiket bernomor untuk membeli Momo
Card Chobi Stadium III akan mulai dibagikan pukul 10, sampai waktunya tiba harap tidak mengganggu lalu lintas”
Terdengar
riuh – riuh yang sedikit asing bagi Ri Rin, dia hanya mengedip – ngedipkan mata
dengan wajah bodohnya memandang
sekeliling berdecak kagum. Sebenarnya tidak banyak hal yang special dari
kawasan pertokoan itu, bedanya saat ini begitu banyak anak – anak yang sebaya
dengan Jong In sedang berkerumun–ralat–kita lupakan soal sebaya mungkin lebih
ke seumuran mengingat postur badan Jong In yang membuatnya terlihat jauh
berbeda di antara mereka.
“Momo Card Chobi Stadium III itu apa?”
“Game –––
Cuma edisi pertama yang ada kartunya”
“Seperti
yang kau beli waktu itu?”
“Ne, kalau tidak antri bisa kehabisan”
jawab Jong In dengan tangan yang masih sibuk mengotak – atik PSP dengan tatapan
focus.
Jong
In tersadar sedari tadi Ri Rin memperhatikan layar PSP yang dimainkannya.
“Mau
coba?” tawar Jong In sembari mengalihkan pandangannya mencari sosok Ri Rin
disampingnya.
“Tidak
usah, aku lihat saja”
Jong
In sedikit memperkecil jarak diantara mereka, menambah jelas games yang
dimainkan Jong In pada layar PSPnya.
“Ini
juga dari Stadium itu”
“Yang
ini lain lagi”
“Mahir
yah! aku tidak mengerti tapi kupikir kau menangkan?” Tanya Ri Rin yang dibalas
gumaman pelan dari Jong In.
“Hwoo~ kyopta” decak Ri Rin kagum megarahkan telunjuknya ke salah satu
karakter yang tergambar pada layar PSP Jong In, di temani tawa khas yang
menunjukan Eye Smilenya
Tawa
Jong In meledak “Haha itu musuh Noona”
Ri
Rin tercengang, bibirnya perlahan tertarik mengguratkan sebuah senyuman “Ini
pertama kalinya aku melihat mu tertawa” ucapnya tenang.
Wajah
Jong In memerah “Aku cukup sering tertawa–––terkadang” kilah Jong In tanpa
berani memandang wajah Yeoja di
sampingnya,
Ri Rin Pov
‘Ini
pertama kalinya aku melihat mu tertawa’ kataku hati –hati. Sangat menyenangkan melihat
tingkah lucunya yang membuang pandangan dari ku. Wajahnya memerah seperti
kepiting rebus kurasa “Neomu kyopta!!”
‘Aku
cukup sering tertawa–––terkadang’ ungkapnya tanpa melihat kearahku.
Entah
apa lagi yang terjadi dengan otak ku yang membuat pemikiranku kurang waras ekspresi
nya yang sekarang terlihat jutaan kali lebih keren dari biasanya.
‘Chakaman! Apa barusan aku deg degan’
‘Dengan anak SD?
–––Eh, sebenarnya selama ini juga
anakSD–––’
‘Otokheyo~~ Ada apa aku ini?
Andwee~~’
‘Aku gawat ~~~!’
***
Author Pov
Keduanya
melangkahkan kaki meninggalkan kerumunan, Ri Rin berjalan terhuyung mengikuti
langkah panjang Jong In di sampingnya. Jelas saja dia kelelahan menunggu
antrian panjang mereka.
“Syukur
ya akhirnya bisa membeli game itu” sahut Ri Rin
“Ne”
Perhatian
Jong In teralih mendapati Ri Rin yang sedang menghela napas panjang.
“Apa
Noona lapar?”
“Ah,
Nde. Aku ingin makan, ayo dimana?” respon Ri Rin antusias
***
Setibanya
Jong In duduk disamping Ri Rin, keduanya berada di pemberhentian bus yang tak jauh
dari tempat mereka sebelumnya
“Tinggal
50 won, aku hanya bisa memberi mu Daebokki
ini” ujar Jong In sambil menyerahkan kantong makanan yang masih terasa hangat
saat menyentuh tangan Ri Rin.
“Karena
beli game tadi yah, Gwaenchana–––Padahal
kan aku juga sudah bilang ingin mentraktirmu”
“Aniyo~, yang seperti ini harus Namja yang mentraktir”
“Hehe,
Jong In-ah, Gwaenchana. Kau tidak
perlu memaksakan diri, Nde?” lontar
Ri Rin dengan tawa kecil kecilnya.
“Noona, Minhaeyo”
“Ne?” ungkap Ri Rin reflex balik bertanya.
Jong
In mengangkat wajahnya, matanya menatap lurus kedepan “Aku tidak begitu
mengerti soal kencan, yang terpikir hanya hal – hal yang biasanya kulakukan
bersama teman ––– Membosankan yah?”
“Jong
In-ah aniya” potong Ri Rin cepat.
“Yang
menakutkan itu kalau masih SD tapi sudah terbiasa” tegas nya.
Matanya
memandang wajah Jong In memperhatikan perubahan raut maupun ekspresi datar yang
sebelumnya menghiasi wajah tampannnya yang entah tiap hari semaki tampan saja
pikirnya.
Ri
Rin mengikuti arah pandangan Jong In “Jong In-ah ,jadi kenapa mau pacaran denganku?”
Jong
In memalingkan wajahnya menatap Ri Rin yang masih menatap lurus kedepan,
menilik wajah Ri Rin yang menurutnya sangat anggun jika melupakan kepribadian
4Dnya
“Mollayo, kupikir karena kelihatanya
menarik”
Ri
Rin hanya bengong dengan wajah datar dan mata yang menyipit menanggapi jawaban
Jong In yang sangat tidak Romantis pikirnya.
“Awalnya
aku terkejut, ku pikir kita seusia” tambaah Jong In.
“Mwo? Maksudnya kau pikir aku anak SD?”
“
Tidak Sopan!” tandas Ri Rin kesal yang hanya bisa berakhir meratap.
Jong
In meraih kantung Daebokki dari
tangan Ri Rin dan menyantapnya satu persatu “Habisnya Noona kelihatan seperti itu” celetuknya masih dengan mulut yang
penuh.
‘Ternyata, dia pikir aku anak SD
ya. . .’ ujar Ri Rin dalam diamnya mencoba berfikir
rasional.
“Maaf
karena aku anak SMA” sahut Ri Rin yang memecah keheningan.
“Nde? Noona tidak perlu meminta maaf,
karena akupun hanya sekenanya saja berfikir begitu” balas Jong In yang
menangkap perasaan bersalah Yeoja di
samping nya.
“Habisnya~
kita…” Ri Rin menggantung ucapanya
“Apa
jika SMA juga tidak apa – apa?” tambah Ri Rin cepat.
Wajahnya
seketika kembali murung bisa di pastikan ada begitu banyak kemelut yang
menghantui otaknya yang sudah beberapa hari ini seperti di paksa berfungsi.
“Soal
seperti itu aku tidak begitu memusingkannya” ungkap Jong In.
Ri
Rin seolah bangkit. Kembali menatap Jong In dengan tatapan fokusnya seolah
terhipnotis“Ah, Geurae. . .”
Jong
In membuka tutup cola yang di genggamnya“Lagi
pula selama ini aku sering mendapati, orang yang meski lebih muda tapi sifatnya
sangat dewasa, sedangkan yang lebih tua juga ada yang sifatnya seperti anak –
anak”
“Menurutku
usia tidak selalu ada hubungannya” ucap Jong In kemudian menuguk cola melepas
dahaga. Sadar akan mata yang masih terus memandangnya intens Jong In melirik Ri
Rin dengan ekor matanya.
“Wae?”
tanya Namja itu.
Ri
Rin membalas dengan menyungging kan sebuah sebuah senyuman “Jong In itu hebat
yah”
“Apanya
yang hebat?” gumam Jong In sembari memandang Eye Smile Yeoja di sampingnya, yang bahkan baginya sedetik pun ia
tak bisa mengalihkan pandangan dari senyuman manis itu.
“Apa
yah? Persisnya––– pandangan hidupnya!” jawab Ri Rin dengan wajah berbunga –
bunga menggambarkan ketertarikannya.
“Noona
, benar – benar orang yang aneh” tanggap Jong In
Ri Ri Pov
Tak
henti – hentinya mataku terfokus menatap Jong In. Bodoh rasanya bahwa sampai
tadi aku masih sempat merasa bingung akan perasaan dan hubungan ku saat ini
dengannya. ‘Usia tidak ada hubungannya’
jika bersama Jong In, aku benar - benar
merasa seperti itu.
‘Apa tuh Phedopholia, kalau Caugar
memangnya kenapa––– Yeoja Chingu dari anak SD juga tak apa – apa kan!!’
***
Author Pov
“Kencan
Bareng”
“Kencan
Bareng”
“Kencan
Bareng”
Kata
– kata itu terus dilontarkan kedua sahabat Ri Rin yang berhasil menghadangnya
di koridor setelah Ri Rin berusaha mati –matian tidak terjadi kontak di antara
mereka saat di kelas. Tapi harapannya seketika pupus tak kala keduanya
menyergap Ri Rin saat mengendap – ngendap ke kantin.
“A…u…be..lum”
ungkap Ri Rin seolah berada dalam vibration
mode.
Minah
dan Chorong saling berpandangan “Sudah kuduga” ungkap Minah
“Geurom–––” gantung Chorong.
“Hari ini, kami akan pergi memintanya
langsung”
Wajah
polos keduanya berubah terganti mimic berbunga – bunga. Sedangkan Ri Rin masih
dengan tatapan syok khasnya, mulut yang terbuka penuh tak bisa berkata – kata.
“Hehe…
sebenarnya kami hanya ingin mengobrol dengan Jong In” ungkap Minah.
Chorong
ikut menambahkan “Belum pernah ketemu, benar – benar penasaran yah kan!”
Dibalik
perbincangan riuh Minah dan Chorong tanpa disadari oleh keduannya. Ri Rin
bahkan tak menaruh perhatian ke
perbincangan mereka, ia masih bergelut dengan pikirannya sendiri.
“Whoo~ mahasiswa, Daebaak!”
Perlahan
Ri Rin mencoba untuk membuka mulut, sembari menarik nafas dalam. Sudah ia putuskan
harus mengatakannya.
‘Hyaa~ Park Ri Rin kau harus
mengatakannya’ tekatnya dalam hati.
“Ige… Sebenarnya!”
“Ne?” keduanya teralih menatap Ri Rin
intens.
Tatapan
penantian mereka akan ucapan Ri Rin justru memacu imajinasinya, menimbang –
nimbang apa yang akan menantinya didepan jika ia sungguh mengungkapkan
kebenaran.
‘HWAA~~ JONG IN ANAK SD’
‘JINJJA?’
‘Hwa… haha… Namjachingu Ri Rin
katanya anak SD’
‘Haha… Merah putih…’
‘Phedophil kan?’
‘Ri Rin kau membuat kami malu’
Ri
Rin membayangkan betapa syoknya sahabat – sahabatnya itu nantinya belum lagi di
tambah ledekan –ledekan yang akan sangat mengganggu dari kaum Namja kelasnya yang sangat kekanak –
kanakan.
“ANDWEDE~~!!” jerit Ri Rin lolos.
RiRin
hanya menelan ludah kasar ditambah senyum bodoh, menanggapi respon kebingungan
Chorong dan Minah paska teriakan histerisnya.
‘Aku tidak bisa bilang’
***
“Pura
– pura menjadi mahasiswa?”
“Mianhae~ Temanku sudah datang, sampai
disana aku tidak bisa menolak, karena mereka memaksa. Aku ingin kau menutupi
seperlunya” keluh Yeoja bertubuh
mungil itu.
Jong
In megerutkan kening menatap lurus Yeoja dihadapannya “Menutupi?”
“Jebal~” mohon Ri Rin dengan kedua tangan
yang terpaut rapat.
***
Minah
dan Chorong tersenyum riang sepenuhnya tersipu memandang Namja di hadapan mereka.
Sedangkan Ri Rin yang duduk di sebelah Jong In hanya ketegangan yang terukir di
wajah cantiknya.
“Kuliah
menyenangkan, ya?”
“…
Biasa saja” jawab Jong In sewajarnya
“Aaah,
aku juga ingin cepat – cepat lulus dan masuk Universitas” seru Minah.
“Oppa! apa suka kencan bareng? Double date?”
“Tidak
begitu suka”
“Ehhh?
Jebalyo! Namjachingu ku cukup tampan dan baik sepertimu Oppa! Ne?” mohon Chorong.
“Lain
kali yah”
“Heeh?
Lain kali? Kapan?”
Jong
In hanya menatap kopi dan kepulan asapnya dengan tatapan kosong. Ditambah
seutas senyum kecil yang berusaha dibuatnya setulus mungkin namun justru senyum
lirih yang dihasilkannya.
“Kapan
– kapan” lontar Jong In singkat.
“Kapan
– kapan tuh, kapan”
“Kapan
ya…”
Ri
Rin mengangkat wajahnya, melayangkan pandangan ke Namja di sampingnya. Entah kenapa memandang Jong In dengan keadaan seperti itu, membuat
Ri Rin merasakan sakit di dalam sana, semakin membuat matanya memanas.
***
Pintu
EXO Coffee Shop terbuka perlahan, memunculkan tiga Yeoja di baliknya.
“Waah,
diluar dingin”
“Hwaa~
Daebak! Ternyata Jong In benar –
benar keren”
“..
Ah, Ne…” sahut Ri Rin singkat
Ri
Rin benar – benar kesulitan harus bersikap seperti apa menghadapi situasi ini
yang baginya saat ini sungguh memusingkan.
“Namjachingu itu memang seharusnya yang
lebih tua yah”
“Hyaa~
kau sebaiknya putus saja dengan Ilhoon” tegas Minah dengan sedikit menyikut
lengan Chorong.
“Andwe!! Dia juga lebih tua dari ku
Minah-ya jongmal” kilah Chorong.
Celotehan
teman – temannya semakin membuat Ri Rin tertekan, perlahan ikut angkat bicara
mencoba mengungkapkan hal yang sebelumnya belum sempat diutarakannya.
“Ige…”
Ri Rin berucap pelan yang sebenarnya belum bisa mengalihkan perhatian kedua
temannya yang asik dengan obrolannya.
“Jong
In sebenarnya” lanjut Ri Rin sembari memejamkan matanya menahan hasrat dan
ketakutannya.
Sementara
Chorong dan Minah masih gaduh “Hyaa~ kami terpaut dua bulan ohhh!!” pekik
Chorong
“Aiisss
dasar kau pabo~ ” sinis Minah yang sesungguhnya tanpa tersadar olehnya ia
mengucapkan sebuah kata yang sacral bagi Chorong, temannya itu benar – benar
tidak suka dengan kata ‘Pabo’ yang
baginya merupakan kasta terendah yang ada dalam tatanan kehidupan -_-
Ri
Rin menyambung kalimat yang telah berusaha di rangkainya, dan tanpa fikir
panjang lagi kata –kata itu lolos dari mulutnya
“Dia
murid SD” desis nya pelan.
“HYA~~!
APA YANG KAU KATAKAN!?” Chorong berteriak nyaring tepat di depan Ri Rin
“Ulangi
sekali lagi perkataan mu” tambah Yeoja tinggi
itu sinis.
Tekanan
yang kuat benar – benar di rasakan seorang Park Ri Rin, melihat respon
sahabatnya setelah pengakuan yang telah ia lakukan. Ia tidak sampai pikir Chorong
bahkan akan semarah ini, dia memang kesulitan dalam berfikir hal – hal rumit.
Dengan
bibir yang bergetar, kembali ia mencoba bersuara “Jong In…”
“Aniya~
mian…Hwaaa~~~~ Rin-ah Annyeong”
Ri
Rin mendengar desahan pelan Minah yang sedetik kemudin berganti teriakan
bersamaan dengan sosoknya yang hilang entah kemana.
Buru
– buru Chorong menggapai tangan Ri Rin tergesa “Rin-ah aku akan membalas dendam
ku pada Minah, Annyeong! Kau
bersantailah, Ne!” meninggalkan Ri
Rin yang terpatung.
“Bwoya? Mereka tidak mendengarku? –––– Tapi, syukurlah,
hampir saja”
DEG
Ri
Rin merasakan pintu dibelakangnya terbuka. IQnya
sekali lagi memang tidak tinggi, tapi diyakininya itu satu – satunya Namja -ehm ralat- ‘Anak’ yang berhasil
mencuri hatinya, Kim Jong In.
‘Andwee, apa Jong In dengar’
Ri Rin bergidik ngeri memandang Jong In takut – takut.
Jong
In perlahan menghapiri Ri Rin tanpa melepaskan kontak mata mereka
“Noona, Apa aku sudah bisa pulang?” Tanya
Jong In santai, beruntung ia tak mendengar perkataan Ri Rin sebelumnya.
“Nde? Ahh… Ne, Mianhe soal yang
tadi” ucap Ri Rin masih terbata – bata.
Jong
In hanya membalasnya dengan seutas senyum lembut ke Yeoja dihadapannya.
Ri
Rin kembali mendapati mata Jong In yang seolah menerawang jauh “Apa kau marah?” Tanya Ri Rin hati – hati.
Hanya
balasan singkat yang keluar dari mulut Jong In “Aniya…”
“Jinjja? –––Marah~~” Air mati itu lagi –
lagi keluar di tambah isakan bodoh yang keluar dari mulut Ri Rin
“Noona, aku tidak marah. Bukankah kau tau
aku memang selalu begini?” rutuk Jong In melihat kelakuan aneh Ri Rin.
“Noona jangan menangis lagi! Uljimayo” bujuk Jong In yang masih mendapati wajah murung Ri Rin dengan mata
yang berair.
“…
Jongmal Mianhae”
“Nan gwaenchanayo, keunde aku tidak
terlalu pandai berbohong, berikutnya mungkin kita akan ketahuan…Uljimayo Noona” ungkap Jong In terus
terang.
Ri Rin mengangkat wajahya “Ne… Besok aku akan bilang yang
sebenarnya pada semua…”
“…
pasti bilang” tambah Ri Rin
Raut
Jong In berubah, ia tak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar ucapan
yang dilontarkan Ri Rin barusan. Di pandangnya intens wajah cantik Ri Rin yang
sembab seakan penuh rasa bersalah akan dirinya.
Ri
Rin merasakan sesuatu mendarat mulus di puncak kepalanya. Sebuah sweater pastel
yang kelihatannya sangat hangat. Sweter yang sebelumnya di pakai Jong In.
“…Mwo…?”
“Kurasa,
kelihatannya dingin”
‘Jong In ––––– Aku benar – benar manusia yang
menyedihkan’ desis Ri Rin di dalam hatinya.
Ri
Rin menghirup lekat aroma mint dari sweater di genggamannya sembari memandang
siluet Jong In yang perlahan menghilang dari pandangan.
***
Keesokan
paginya di Chungdam High School, seorang Yeoja dengan langkah pasti melewati
koridor kelas, kedua tangannya mengepal di tambah mimik serius yang tak cocok
dengan wajahnya yang tentu saja menambah kesan anehnya. Bagaimana tidak aneh Yeoja yang selalu riang bahkan jika
belum mengerjakan tugas dari guru killer, belakangan ini selalu terlihat gusar
dan menyedihkan tak jarang mata siswa – siswi memperhatikan tingkah takbiasanya.
“Ani, Aku harus benar – benar mengatakannya”
ungkap Ri Rin dalam hati.
“Aku hanya menyusahkan Jong In saja jika
terus. . .”
“Ri
Rin –ah~~ Park Ri Rin”
Celoteh
– celotehan Ri Rin dalam hati terusik oleh suara cempreng Minah yang seperti
sedang kesurupan memanggilnya -__-
“Rin-ah,
apa benar Jong In itu anak SD?”
“Mereka
katanya melihat Namja yang waktu itu
bersama mu kemarin memamkai seragam SD”
-
-
-
-
TBC
Akhirnya
TBC setelah berabad2 -___-^
Ngebuat
FF itu butuh waktu berjam – jam bahkan bisa jadi berhari – hari, tapi kamu cuma
butuh waktu ga lebih dari 5 menit untuk menghargai karya Authonya sendiri,
hanya dengan meninggalkan jejak berupa komentar sebagai tanda terima kasih atau
apalah -____-“ Selebihnya terima kasih yang sudah nyempetin baca sampai di chapter 3
T,T jongmal
gomayo~~ next chap segera menyusul!!(Segera ini maksudnya banyak yahh) Rencananya next chap langsung FIN di tunggu yah ^^